Jakarta, CNBC Indonesia - Produk domestik bruto (PDB) China di kuartal I-2019 tumbuh 6,4% secara year on year (YoY), ...
Jakarta, CNBC Indonesia
-
Produk domestik bruto (PDB) Chinadi kuartal I-2019 tumbuh 6,4% secara year on year (YoY), melampaui ekspektasi. Demikian menurut rilis resminya, Rabu (17/4/2019).
Sebelumnya analis yang disurvei Reuters memprediksi, pertumbuhan ekonomi China hanya 6,3% di periode tersebut.
Mengutip CNBC International, ekonomi China tumbuh 6,4% dari tahun ke tahun di kuartal IV-2018 dan 6,8% pada kuartal I-2018.
Berikut adalah indikator ekonomi yang juga dirilis raksasa ekonomi Asia itu hari ini:
- Produksi industri melonjak 8,5% YoY di Maret, melewati 5,9% yang diperkirakan oleh Reuters. Ini juga merupakan pertumbuhan tercepat sejak Juli 2014.
- Penjualan ritel untuk Maret tumbuh 8,7% YoY, mengalahkan proyeksi Reuters yang sebesar 8,4%.
- Investasi aset tetap pada kuartal pertama meningkat 6,3% YoY, sesuai ekspektasi.
Namun demikian, sejumlah data baru-baru ini, yang dikumpulkan secara pribadi dan dari sumber-sumber resmi, telah menunjukkan memang benar ada pemulihan dalam ekonomi China. Hal ini dipercaya disebabkan oleh langkah-langkah stimulus yang diambil pemerintah negara itu.
Pada Maret, China melaporkan angka ekspor yang jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan, dan ada ekspansi tak terduga dalam aktivitas manufaktur negara itu.
Itu bisa berarti ekonomi China mungkin telah mencapai titik terendah dan sekarang mulai pulih, kata Alexander Treves, seorang spesialis investasi di J.P. Morgan Asset Management.
"Apa yang kita cari sekarang ... adalah apa yang terjadi selama sembilan, 12, 18 bulan ke depan," katanya kepada 'Capital Connection' CNBC awal pekan ini.
"Angka PDB ini jauh kurang penting daripada apa yang akan kita lihat dalam beberapa bulan ke depan. Dan kami telah melihat beberapa bottoming out dari penghasilan, beberapa bottoming out dari aktivitas dengan ruang untuk pemulihan dari sini," tambahnya.
Perang dagang antara China dan AS telah menghantam aktivitas ekonomi secara global, terutama pada paruh kedua tahun lalu. Itu memberi tekanan tambahan pada China karena negara itu berusaha menyapih ekonominya dari ketergantungan yang berlebihan pada utang untuk tumbuh, yang mengarah pada kekhawatiran bahwa raksasa Asia itu sedang menuju kejatuhan. (wed/wed)
Read More
Tidak ada komentar