Judul : “Kitab Akhir Hayat: hidup sebenarnya dimulai setelah nafas berakhir” Penulis : Ade hashman, S...
Judul : “Kitab Akhir Hayat: hidup sebenarnya dimulai setelah nafas berakhir”
Penulis : Ade hashman, Sp. An
Penerbit : Republika penerbit
Tahun : 2016
Peresensi : Sirajuddin, S.pd.I.,
S.IPI., M.Pd.
Pendahuluan
Ada banyak buku yang membahas
tentang kematian, namun buku ini memberi kontribusi baru seputar kematian
penulis begitu familiar dan mengalir menjelaskan awal mula kehidupan sejak
terbentuknya jaringan sel janin sampai fase pertumbuhan dan kerusakan yang
berakhir pada peristiwa kematian dan buku ini menarik karena berangkat dari analisis
ilmiah yang dilengkapi dengan analisis filsafat, psikologi , dan teologi serta
pengalaman empiris penulis merawat pasien yang menghadapi ajal.
Itulah potongan pengantar yang
diberikan oleh Prof dr. kamaruddin Hidayat penulis buku “psikologi kematian”.Buku
Kitab Akhir hayat ini terdiri dari enam bab dengan jumlah halaman 340.
Prolog
mengingat kematian sebagai puncak kecerdasan
Untuk menyebut kematian Alqur,an menggunakan redaksi kata “yaqin” untuk menyebut kematian “dan sembahlah rabbmu sampai datang kepadamu yakin (QS. alHijr [15]: 99) tapi entah kapan, besokkah, minggu depan, bulan depan, atau tahun depan/ siapakah yang dapt memastikan bahwa nanti sore atau besok pagi, atau bahkan satu menit yang akan dating, kita masih akan hidup? Tidak ada yang tahu, kematian bukan seperti kartu domino berurutan tapi kematian ibarat kartu cabutan secara acak.
Untuk menyebut kematian Alqur,an menggunakan redaksi kata “yaqin” untuk menyebut kematian “dan sembahlah rabbmu sampai datang kepadamu yakin (QS. alHijr [15]: 99) tapi entah kapan, besokkah, minggu depan, bulan depan, atau tahun depan/ siapakah yang dapt memastikan bahwa nanti sore atau besok pagi, atau bahkan satu menit yang akan dating, kita masih akan hidup? Tidak ada yang tahu, kematian bukan seperti kartu domino berurutan tapi kematian ibarat kartu cabutan secara acak.
Allah Azza Wajalla mengatakan
“…dan tiada seorangpunyang dapt mengetahui (dengan pasti apa yang akan
diusahakannya besok, dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati…”(Qs
Lukman [31]: 34).
Dr. Adehasman, Sp. An dalam
prolog ini menuliskan pengalamannya sebagai orang yang berprofesi sebagai anesthesiologist “kematian sering saya saksikan terutama
ketika tengah bertugas di ICU (Intensive Care Unit), namun peristiwa kematian
yang paling tidak terlupakan dan memambekas di hati saya adalah saat saya
membelai wajah ayah saya dan membisikkan kalimat syahadat di telinganya ketika
ia menghadai sakaratul maut, dan itu terpancang kuat dalam memori saya.
Bagian Satu
Pola alur hidup manusia
Setiap orangmemiliki alur
kehidupan yang unik dan masing masing memiliki sejarah dan kehidupan memilik
episode diinspirasi sebuah hadis nabi “bila anak adam meninggal dunia, maka akan
terputuslah seluruh amal perbuatannya kecuali tiga hal: sedekah jariah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak yang soleh” (HR Muslim).
Pada episode 20 tahun pertama,
ini adalah fase perkembangan fisik yang berhubungan dengan sisi kuantitatif
fisik seperti perubahan morfologi seperti tinggi badan, berat badan, sedangkan
sisi kualitatif seperti konstruksi pola fikir dan keperibadian keberhasilan
dari fase ini menitik beratkan pada peran sebagai “anak yang soleh.” Memiliki
motivasi diri untuk terus berkembang dengan segala khazanah untuk tampil
kreatif dan terampil.
Kemudian menuju paruh episode 20
tahun kedua yakni di usia 40 an, ini adalah fase eksistensi dan aktualisasi
tahapan ini menekankan agar seseorang telah menguasai nilai-nilai kehidupan
lalu mengimplementasikannya, pepatah barat “life begins at forty” fase dimana
manusia mencapai kematangan keperibadian “wisdom” dalam hidupnya.
Kita bisa meneladani Rasulullah
dimana ketika usia beliau memasuki fase 40 anbeliau dilantik menjadi Rasul dan
di usia itu pula sudah sukses dlam karier dan memiliki social yang kredibel
dimn beliau juga sudah memperoleh titik kekayaan dan kejayaanya, namun
aktualisasi diri Rasulullah jauh dari sifat duniawi.
Fase 20 tahunan ketiga adalah
fase persiapan jelang “sunset” dimana orang harus bedamai dengan kenyataan
fisiknya yang mengalami penyusutan; mata mulai rabun betapa benda duniawi mulai
menjauh, warna alam sekitar sudah tidak cerah lagi, warna biru langit yang
terlihat sewaktu muda menjadi menguning kecoklat coklatan seperti daun yang
layu dan mongering, gigi akan tanggal satu persatu , lidah mulai atropi
sehingga kelezatan makann mulai hambar, badan membungkuk dan rambut sudah
memutih dan kehilangan bayak material kolagen dan elastin yang memberi struktur
kencang pada kulit.
Fase di usia 60 tahunkeatas ini
harus memiliki ”hati yang selesai” atau disebut dengan hati yang duduk bersila
lebih bijak namun bila Tuhan masih menganugerahi fase berikutnya adala 20 an
keempat yakni 80 tahun yang bidsa dikatakan bonus dari Allah.
Bagian kedua, ketiga, keempat dan kelima
Mencakup filsafat, psikologi, dan biologi
kematian
mengapa
kematian begitu menakutkan? mungkin
dalam sebuah event pernah membayangkan bahwa suatu saat kematian pasti dating
menghampiri kita. Moment ketika tubuhkita membujur kaku tidak bergerak dan
badan kehilangan kehangatan menjadi dingin.
Nafas raib,
debar jantung menghilang dalam dada kitatak ada lagi rona wajah dengan segala
gesturnya, hanya kain putih sederhana yang ada membaluti sekujur tubuh kita
itulah pakaian terakhir kita.
Kematian
menceraikan seseorang dengan segala yang dicintainya; pasangan hidup, anak-anak,
keluarga, sahabat, popularitas, hart benda, pangkat dan kedudukan, kematian akan mengantarkan seseorang pada kesendirian, kesunyian, kekosongan, kehampaan,
tidak ada apapun dan siapapun yang akan mau menemani di dalam kubur di liang
yang sempit sejajar “sumbu bumi”.
Kematian juga
begitu menakutkan dan momen kematian dipandang sebagai puncak rasa sakit di
dalam hidup memperlihatkan pemandangan yang menganaskan berupa derita bagi yang
menjalaninya; pasien terminal Decompensatio
Cordis (gagal jantung) terlihat sesak berat dan nyeri dada yang hebat,
pasien gagal ginjal mual muntah dan sesak berat sebelum melakukan cuci darah
rutin, pasien kanker mengalami nyeri luar biasa hebat tak terperi, pasien stroke
akan berbaring berbulan bulan tak berdaya.
Dikalangan
penganut faham materialisme fenomena kematian tentu begitu menakutkan Sharrow
Dorrothy mengatakan “ hidup inidalah gurauan yang menyakitkan! Karena tidak
lebih merupakan antrian panjang menuju liang lahat” (life is a terrible joke)
pertanyaan yang muncul apakah memang kematian merupakan sirnahnya eksistensi
kehidupan?.
Raja talkshow
CNN larry King pernah membuat panel diskusi berjudul “what happen after we die?”
(apa yang terjadi setelah kita mati?) mengundang 6 orang narasumber dari latar
belakang yang berbeda, ada John Mark Arthur mewakili pendeta kristen protestan,
father Michael manning Pastur dari katolik roma, rabbi marvin hier mewakili
rabbi yahudi, Dr. Maher Hathout seorang dokter cendikiawan muslim, Marry Ann
Williamson perwakilan dari aliran kepercayaan (spritualitas) dan Ellen Jhonson
yang menjabat presiden American Ateis.
Tanpa
menontonnya saya yakin anda sudah bisa menebak bahwa hanya ada satu narasumber
yang menolak sama sekali gagasan “hidup setelah mati” yakni Ellen Jhonson. Apa
yang disampaikan Ellen? Persis seperti yang digambarkan Al Qur’an “…..dan
mereka berkata, “….Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja,
kita mati, kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain waktu….”
(QS al jatsiah[45]: 24)
Pandangan
optimistis melihat kematian
Islam menyebut
kematian sebagai peristiwa “pulang”
yakni kembali kehadirat ilahi diantara kata yang digunakan Al Qur’an
menyebut kematian adalah “Ar-Ruj’a
atau Raji’un” yang berarti ‘pulang”
Islam tidak memandang kematian sebagai kemusnahan total melainkan “pulang
kembali ke tempat asal”.
Di bibir jurang
kematian
Tanyakanlah
kepada orang-orang yang pernah menjalani pengalaman mencekam, berapa nilai
kehidupan ini? Sering orang baru menghargai nilai kehidupan justru ketika ia
menglami musibah. Tanyakan berapa nilai kesehatan dalam hidup ini kepada para
penderita gagal ginjal yang dua kali dalam seminggu cuci darah, tanyakan pada
penderita Thalasemia yang rutin menerima transfusi darah atau pada mereka yang
kena kanker ganas yang tengah menjalani sesi kemotrapi yang sangat “menyiksa”
tanyakan arti kesehatan pada mereka semua?.
Memahami fenomena
mati suri (Near Death lah dilaporkan )nyaris seluruh ajaran agama di dunia ini,
menginformasikan kisah kisah kebangkitan seseorang dari kematiannya, namun itu
dikemas dalam judul “mukjizat” bagaimana dengan kesaksian orang –orang yang
dinyatakna mati kemudian hidup kembali, benarkah testimony mereka itu?.
NDE telah
dilaporkan tejadi diberbagai tempat di dunia denganlater kebudayaan beragam yang
membuat testimonial pelaku NDE bukanlah semacam kebohongan massal, para ilmuan
melihat ada pola dasar yang nyaris mirip diantara semua kasus NDE, yakni “masuk
kedlam terowonganpanjang dengan cahaya di ujung terowongan tersebut, petemuan
dengan snak family dan perassan damai membahagiakan.
Dr. George G.
Ritchie, MD, persiden lembaga riset dan pengetahuan Richmond Academy of general
Practice, menulis buku “Return From Tomorrow” dalam bukunya ia
menceritakan penglamannya mngalami NDE. Dan Return From Tomorrow sudah
ditejemahkan dalam Sembilan bahasa di seluruh dunia, buku buku tentang NDE
selalu laris di pasaran (Best Seller) ini menandai bahwa betapa para pembaca
sangat dihantui rasa ingin tahu tentang apa yang bakal terjadi setelah kematian
nanti.
Tanggapan peresensi
Buku ini
mengajak kita untuk melihat kematian sebagai sesuatu yang tidak perlu ditakuti
bahkan kematian itu tak ubahnya seperti sebuah peristiwa “ pulang kampung” yang
seharusnya dihadapi denganpenuh kebahagiaan dan menempatkan urusan dunia
sebagai tempat untuk mengambil bekal yang banyak menuju akhirat.
Buku ini di
desain dalam keilmuan yang komplit bagaimana memadukan pesan –pesan agama dan
pandangan filsafat, sains dan ilmu kedokteran bahkan berisi sudut pandang Anesthesiologist yang kerap menjadi
saksi dari banyak kejadian menjelang kematian, setelah melakukan ekspedisi
melalui buku ini seakan kematian itu memberi pesan betapa berartinya hidup yang
kita jalani.
Dan harapn
peresensi bahwa buku inipada penerbitan berikutnya bias dikemas dalam edisi
soft cover dengan kualitas kertas yang terbaik ditambah dengan desain warna yang
tepat adlah hal yang harus dimiliki oleh setiap bacaan yang berkualits seperti buku “kitab akhir
hayat”: hidup sebenarnya dimulai setelah nafas berakhir.
Tidak ada komentar